Bunda, Ada Apa Denganmu?
Setiap orang memiliki caranya sendiri untuk mengungkapkan isi hatinya ketika berhadapan dengan aneka persoalan hidup. Bagi yang doyan berpuisi, puisi berikut menjadi salah satu contoh bentuk ekspresi diri.
Dalam pelajaran Agama Katolik, pada bagian penilaian keterampilan, setiap peserta didik diajak untuk melakukan aktivias misalnya menulis reflesi, renungan dan juga membuat puisi yang tentu saja memiliki keterkaitan dengan materi yang diajarkan. Dua buah puisi yang dibagikan berikut ini bisa menjadi salah satu contoh bagi guru dan bagi peserta didik dalam memberikan tugas dan mengerjakan tugas keterampilan.
Puisi yang pertama berjudul Mengenangmu Kala Senja Menyapa merupakan puisi hasil karya penulis sendiri dan pernah tayang di https://www.kompasiana.com/yasintus. Penulis merasa perlu untuk menayang kembali puisi ini dengan sedikit perubahan sebagai salah satu contoh puisi refleksi. Sedangkan puisi kedua tentang Bunda, Ada Apa Denganmu? merupakan hasil karya dari Trisindi Tamu Apu, Siswi SMA PGRI Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
1. Mengenangmu Kala Senja Menyapa
Senja yang memerah itu
Menghentakkan jiwaku
Mengingatkanku akan senyummu
Mungkinkah disana engkau bahagia melihatku
Yang kian bijak menilai fakta
Melihat setiap sisi hidup
yang tak pernah menyerah, pasrah
Terus berharap akan keajaiban
Dengan langkah yang kadang sedikit ingin berlari
Menempuh sebuah perjalanan
Aku ingin pulang ke kemarin
dimana aku menemukanmu dalam senyum
Merasakan indahnya usia senja
Meski dunia dipenuhi dengan harap dan cemas
Ketika saling berhadapan
Engkau menatapku dengan linangan air mata harapan
Air mata kasih sayang dan kerinduan
Yang lama terpendam dalam bait-bait hidup
Yang tak seorangpun mengerti
mengapa engkau menangis ketika itu
Yang aku tahu saat ini aku di jalan menuju senja
Aku telah berada pada garis hidup yang semestinya aku ada
Dan rasa rindu ini megingatkanku
akan bait puisimu untukku:
“Pandanglah mentari di ufuk Barat itu hingga gelap menghampiri
Sujud syukurlah pada Dia yang penuh kasih yang telah menyinari
Dan yang akan menyinari hidupmu
Dalam lembutnya sinar rembulan penghapus gelapnya malammu...”
Dunia kita kini beda
Kita terpisah oleh dunia yang lain
Namun, cinta kasihmu
Selalu menguatkan
Kala kaki ini tak cukup kuat untuk melangkah
Cintamu telah menghadirkanku dalam duniaku
Dengan segala bahagia
Juga air mata yang meneguhkan jiwa
Terima kasih ayah
Atas cintamu yang selalu ada di sepanjang jalanku
Kini aku benar-benar merindukan sosokmu
Aku ingin menunjukkan kepadamu apa yang telah kugapai saat ini
Berharap dapat menemukanmu
Pada mentari yang memerah di senja ini
Bersama asap doa yang kian membubung
Semoga rapuh hati ini menemukan cinta dan sayangmu
Dalam setiap mimpi yang ingin kugapai
2. Bunda, Ada Apa Denganmu?
Telah terdengar lagi namamu di sini
Memerah wajahku
Jatuh air mataku
Saat wajah seram memerah melototiku
Tersentak aku, saat ayah memaksaku menjawab
Kejujuranku meski ia berharap lain dari isi benak ini
Aku melirikmu dari pojok ruangan yang dingin ini
Menetes lagi air mataku walau hati ini menahannya
Tak kuasa tatapan matamu bagaikan tombak
Menusuk ruang jiwaku
Menjadikannya pilu
Teramat dalam
Sekarang kau benar-benar akan pergi meninggalkanku
Jauh di sana bersama keputusan terbaikmu
Yang menjadikan kenyataan terpahit dalam hidupku
Aku tahu engkau memilih dia
Bukan karena sebab yang rumit
Bukan pula karena boca kecil di alam sana
Tapi karena pengkhianatan
Hanya itu yang kutangisi
Bahwa masih ada harapan untukmu
Tapi aku juga tahu
Harapan itu tidak akan berpihak padamu
Aku, aku tetap akan di sini bersama ayah
Hidup dalam kekacauan jiwa yang telah kau goreskan
Bunda, ada apa denganmu?
Sakit, kenapa rasanya sesakit ini
Meski kutahu tangisanku tak akan
Membuatmu kembali
senja menyap, itu keren
BalasHapusterima kasih
HapusTerlalu keren
BalasHapusterima kasih ya
Hapus