Menjadi Diri Sendiri yang Unik
Kehidupan manusia pada zaman modern ini ditandai dengan aneka perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Perubahan ini terjadi berkat kemajuan teknologi yang seakan menjadi pencapaian tertinggi umat manusia. Seiring dengan kemajuan itu, dalam banyak kasus, manusia kadang terjebak ke dalam keinginan untuk mengeksploitasi dirinya sendiri. Manusia tidak lagi melihat dirinya sebagai ciptaan yang paling indah dan bermartabat. Tetapi malah ingin memalsukannya dengan menanggalkan keaslian dirinya (baca:tubuh) dan menjadi seperti orang lain. Padahal, sedari awal manusia telah disadarkan oleh keberadaan dirinya sebagai makhluk yang paling mulia dari semua ciptaan lainnya.
Melalui artikel sederhana ini, pembaca (para remaja Katolik) diajak untuk menyadari keberadaan diri masing-masing. Menyadari keberadaan diri berarti melihat keunikan pribadi yang berbeda atau lain dari yang lain. Apa pun ciri-ciri fisik yang melekat pada diri, itu tetap merupakan sesuatu yang terindah dan yang telah direncanakan sekaligus dikehendaki Allah.
Sikap Tidak Menerima Diri
Banyak kasus menunjukkan bagaimana manusia terutama para remaja umumnya tidak menerima keadaan dirinya baik dari segi fisik, bakat atau kemampuan yang dimilikinya. Kadang mereka sering membanding-bandingkan keadaan dirinya dengan keadaan orang lain. Misalnya, mengapa saya dilahirkan dengan hidung pesek, rambut keriting sedangkan orang lain ganteng dan cantik. Atau mengapa saya miskin sedangkan orang lain berlimpah harta kekayaan.
Foto oleh Julia M Cameron dari Pexels |
Sikap yang suka membanding-bandingkan ini bermuara dari sikap yang tidak menyadari keindahan diri sendiri, tidak menerima diri apa adanya. Sikap ini juga yang akan mendorong seseorang untuk menghalalkan segala cara guna mengubah bentuk fisik atau tubuhnya. Misalnya, dengan operasi plastik untuk menciptakan bentuk bagian tubuh tententu agar menjadi lebih indah sesuai harapan. Hal inilah yang tren terjadi di kalangan para artis dan juga para remaja umumnya.
Tren operasi plastik ini (banyak terjadi di Korea Selatan) memang sangat menggiurkan karena ada juga fakta tentang keberhasilan operasi plastik yang sanggup mengubah penampilan seseorang. Namun di sisi lain ada juga fakta miris terutama tentang kegagalan dari operasi plastik ini. Ketika bentuk tubuh yang diinginkan tidak tercapai tetapi malah lebih jelek dari keadaan aslinya maka kekecewaan dan depresi yang berakhir dengan bunuh diri kadang terjadi.
Satu hal utama yang mau disampaikan berkaitan dengan kasus di atas adalah sikap tidak menerima diri. Orang yang tidak menerima diri tidak menyadari bahwa hal-hal yang bersifat fisik-jasmani erat berkaitan dengan faktor keturunan dan juga faktor lingkungan. Misalanya jika orangtua hidung mancung maka besar kemungkinan anak akan hidung mancung juga. Jika lingkungan tempat tinggal dengan mayoritas penduduk berambut lurus maka besar kemungkinan anak yang dilahirkan akan memiliki rambut lurus. Hal-hal seperti inilah yang sebenarnya harus disadari oleh setiap insan remaja.
Sikap tidak menerima diri hanya akan menciptakan sikap baru yakni, iri hati serta sikap ingin menjadi seperti orang lain. Sikap ini juga akan mendorong seseorang untuk menggunakan segala cara agar mengubah bentuk tubuh guna menggapai kebahagiaan. Hal ini sesungguhnya keliru, sebab kebahagiaan tidak diukur oleh kecantikan atau kegantengan yang dimiliki seseorang. Bahkan harta kekayaan sekalipun belum cukup ampuh membuat manusia hidup bahagia seutuhnya. Sesungguhnya, kebahagiaan bisa diraih dengan perbuatan baik serta teladan hidup yang turut menginspirasi orang lain untuk melakukan kebaikan.
Menyimak Ajaran Kitab Suci
Berdasarkan kaca mata iman, sesungguhnya setiap orang memiliki keunikannya masing-masing sejak ia dilahirkan. Setiap pribadi tentu berbeda, bahkan manusia kembar sekalipun tetaplah berbeda. Untuk dapat memahami keunikan setiap individu baiklah terlebih dahulu membaca dan merenungkan kutiban teks Kitab Suci yaitu kitab Kejadian 1: 26-7; 2:7 berikut ini:
Berfirmanlah Allah: Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka (Kej. 1:26-27). Tuhan Allah membentuk manusia dari debu dan tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya (Kej. 2: 7).
Berdasarkan teks Kitab Suci di atas bisa ditarik beberapa pesan antara lain:
1. Manusia adalah Citra Allah
Allah menciptakan manusia melalui sebuah perencanaan dan menciptakan manusia itu menurut gambar atau rupa Allah. Sehingga manusia sering disebut citra Allah sendiri. Dari sini bisa dipastikan bahwa setiap orang atau individu dengan segala kondisi fisik yang dimiliki sejak ia dilahirkan merupakan gambar dan rupa Allah sendiri.
Dari sini bisa dikatakan bahwa apa pun keadaan tubuh jasmani setiap pribadi merupakan sesuatu yang telah direncanakan sekaligus dikehendaki Allah. Dengan demikian manusia tidak memiliki hak untuk mengubahnya. Jika hal itu dilakukan maka manusia telah merusak atau menolak apa yang direncanakan dan dikehendaki oleh Allah.
2. Waktu menciptakan manusia Allah seolah-olah perlu ”bekerja”
Berbeda dengan cara Allah menciptakan makhluk lainnya hanya dengan bersabda, pada waktu menciptakan manusia, Allah seolah-olah perlu bekerja secara khusus dan hal ini tampak pada apa yang dilakukanNya, yakni “Allah membentuk manusia dari debu dan tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya”. Hal ini mau menunjukkan bagaimana Allah menciptakan manusia itu secara spesial atau istimewa. Dengan demikian, manusia merupakan hasil karya seni dari Allah. manusia adalah maha karya atau karya agung Allah sendiri.
3. Segala sesuatu yang ada di muka bumi diciptakan untuk manusia
Allah menciptakan manusia untuk kebahagiaan manusia itu sendiri. Allah mempercayakan semua yang telah diciptakanNya (tumbuhan dan hewan) yang ada di muka bumi untuk kepentingan manusia. Artinya, betapa Allah sangat mengasihi manusia. Allah tidak membiarkan manusia merana dan hidup dalam ketidakberdayaan. Tetapi, Allah menyediakan segala sesuatu di atas bumi agar dikelola secara bijak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Berdasarkan pesan teks Kitab Suci di atas, secara jelas bisa dilihat bahwa sesungguhnya manusia itu merupakan makhluk yang sangat istimewa. Keberadaan manusia di muka bumi ini telah diatur secara teliti dan sangat mengagumkan. Manusia diperlakukan oleh Allah sebagai pribadi seperti Allah sendiri.
Sebagai remaja yang bertumbuh dalam iman kristiani, Yesus Kristus menjadi Tokoh yang pantas untuk diikuti. Sejak awal mula, Yesus menampilkan diri sebagai pribadi yang berbeda dengan pribadi yang lainnya. Dari cara Dia berpikir dan bertindak atau bersikap, Yesus tidak takut menunjukkan diri sebagai pribadi yang tidak sama dengan pribadi yang lainnya.
Teladan hidup yang ditunjukan Yesus ini harus diikuti dengan keberanian untuk menyadari, mengerti sekaligus menerima diri apa adanya. Sikap ini bisa menjadi landasan utama untuk mengembangkan potensi diri dengan rasa penuh percaya diri. Hingga akhirnya sanggup menjadi diri sendiri yang unik (lain dari yang lain). Menjadi pribadi yang unik bukan hanya lain dari yang lain atau sekedar tampil beda. Tetapi harus menjadi diri sendiri yang terbaik, dan berguna bagi diri sendiri dan orang lain.
0 Response to "Menjadi Diri Sendiri yang Unik"
Posting Komentar