Tetap Bertekun dan Sabar dalam Doa
Renungan yang akan dibagikan berikut ini terinspirasi dari 1 Samuel 1: 1-28. Renungan ini merupakan buah pemikiran dan permenungan pribadi penulis. Sebelum membacanya lebih lanjut baiklah kita membuka dan membaca terlebih dahulu kitab 1 Samuel 1: 1-28.
Alkitab mencatat bahwa poligami merupakan sesuatu yang lazim terjadi di kalangan bangsa Israel. Biasanya itu terjadi karena istri pertama tidak dapat memberikan keturunan. Sekalipun lazim, poligami membawa masalah yakni kekecewaan yang mendalam dan hubungan yang rusak.
Masalah ini dialami oleh Hana, isteri Elkana. Dia menderita penghinaan dari Penina, isteri kedua Elkana karena kemandulannya. Kemandulan memang sering dianggap aib, bahkan hukuman Tuhan. Penderitaan Hana terasa bertambah karena suaminya tidak memahami perasaannya (ayat 6-8).
Maka ketika berada dirumah Tuhan, Hana memohon kepada Allah agar ia dianugerahi seorang anak. Ia bernazar bahwa anak itu akan dipersembahkan kepada Allah, sejak masa kanak-kanaknya (ayat 9-11). Kepedihan hatinya membuat dia begitu lama berdoa tanpa bersuara sehingga Imam Eli mengganggapnya sedang mabuk (ayat 13-14).
Gambar oleh Vijay Hu dari Pixabay |
Lalu ia menjelaskan persoalannya kepada Eli (ayat 15-16). Eli berkata bahwa doa Hana akan dikabulkan Tuhan (ayat 17). Benar saja, Tuhan membuat Hana mengandung lalu melahirkan Samuel (ayat 19-20). Hana memandang putranya sebagai karunia indah dari Allah. Sebab itu ia memenuhi janjinya untuk mempersembahkan Samuel kepada Tuhan (ayat 21-28).
Melalui kisah Hana, ada 2 hal yang bisa kita pelajari antara lain:
Bertekun dalam doa
Kita dapat melihat bahwa orang beriman tidak luput dari berbagai situasi sulit yang harus dihadapi. Dalam situasi demikian, bisa saja kita merasa sedih atau gusar. Ketekunan dalam berdoa memampukan kita menjadi pribadi yang kuat dan sabar dalam menghadapi persoalan hidup.
Sebagaimana Hana, kita pun harus bertindak membawa kepedihan kita langsung kepada Tuhan dan bertekun menantikan Allah bekerja. Sebab sebagaimana firman Tuhan berkata “kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28).
Hana sadar bahwa tidak ada yang salah dari penyataan Tuhan atas dirinya. Artinya rancangan Tuhan atas dirinya bukanlah suatu kesalahan. Memang ia belum dikarunia anak dan ini menjadi persoalan baginya. Sebagai seorang perempuan, pastinya ia membutuhkan penerimaan secara utuh dari suami dan juga masyarakat.
Namun ia ingin belajar menerima kenyataan.Kesulitan-kesulitan yang dihadapi Hana karena ulah Penina, justru membuat Hana sadar bahwa ia membutuhkan pertolongan Tuhan. Ia tidak putus asa karena kondisinya yang semakin sulit. Justru kesulitan yang dihadapi Hana, memacu dia untuk terus bertumbuh menjadi seorang wanita yang lebih matang, dewasa, dan beriman di dalam Tuhan.
Karenanya ia semakin tekun dalam doa, bahkan doa yang keluar dari hati yang paling dalam. (ay.10). Bagaimana dengan kita? Mungkin kita tidak mengalami kasus yang sama seperti Hana tapi mungkin ada pergumulan yang terus-menerus kita hadapi dalam hidup kita, Mari kita bawa pergumulan kita itu kepada Tuhan, dan percaya bahwa Tuhan sanggup menolong kita.
Kesabaran Menggugah hati Tuhan.
Dalam doa-doanya, Hana terus belajar tetap sabar. Bukan saja sabar dalam menghadapi badai hidup, tetapi juga Hana sabar dalam menantikan jawaban doa-doanya. Hingga pada akhirnya Tuhan membuat semuanya indah pada waktunya. Apa yang Hana telah lakukan pada akhirnya membuahkan hasil yang luar biasa, Allah bekerja menyatakan mujizat-Nya. Hal ini mengajarkan satu hal kepada kita bahwa, “apa yang ditutup Tuhan pada akhirnya bisa dibukaNya.”
Kita tahu, Allah memang menyatakan rencanaNya untuk menutup buah kandungan Hana, namun, Allah pun menyaksikan kesabaran dan ketekunan Hana hingga pada akhirnya mendorong Tuhan untuk membuka kembali buah kandungan Hana. Hingga tepat setahun kemudian, Tuhan menyatakan janjiNya. Kini Hana mengandung seorang anak laki-laki dan diberinya nama Samuel.
Sebab “Aku telah memintanya daripada Tuhan” kata Hana (ayat 20). Bisa kita bayangkan jika Hana tidak sabaran dan mengambil jalan pintas. Mungkin dia tidak akan melihat masa depan yang telah direncanakan Tuhan baginya. Mungkin dia pun tidak akan menyaksikan anaknya menjadi alat Tuhan yang luar biasa.
Tetapi syukurlah, dia lebih memilih menyerahkan segala pergumulannya kepada Tuhan. Dan dia pun bisa melihat campur tangan Tuhan yang luar biasa ini. Dan bukan hanya itu saja, sukacita Hana semakin bertambah, tatkala Hana mengandung lagi dan melahirkan 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan (1 Samuel 2 : 21).
Ketika kita dengan sabar bertekun dalam doa, maka doa itulah yang akan menggugah hati Tuhan, segala hal yang terlihat mustahil akan menjadi sebuah kemenangan yang luar biasa. Itulah indahnya hidup dalam Tuhan. Segala kemurahan-kemurahan Tuhan akan selalu nyata sesuai dengan waktu Tuhan
Buah ketekunan Hana di dalam doa memperlihatkan kepada kita bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Apa yang tidak mungkin bagi manusia tetapi bagi Allah segalanya adalah mungkin, jika hal itu bisa mendatangkan kemuliaan Tuhan. Janji Tuhan memang Ya dan Amin, Janji Tuhan selalu datang tepat pada waktunya. Tepat waktu bukan berdasarkan perkiraan kita, tetapi tepat waktu dilihat dari waktu Tuhan. Dan waktu Tuhan itu harus dilihat sebagai sebuah waktu yang membawa kemenangan.
Bagaimana dengan kita apakah kita mau belajar untuk bertekun dalam doa dan sabar dalam menantikan jawaban Tuhan? bawalah dalam doa setiap pergumulan yang kita hadapi kepada Tuhan. Sampaikanlah dengan tidak putus-putusnya setiap doa kita kepadaNya, maka Allah pasti akan menolong kehidupan kita. Amin
Herneta Maria Maghu, S.Pd
0 Response to "Tetap Bertekun dan Sabar dalam Doa"
Posting Komentar