Bertobat Sebelum Terlambat (Luk 23: 33-43)
Menurut KBBI, arti kata menunda adalah menghentikan dan akan dilangsungkan lain kali (lain waktu) atau mengundurkan waktu pelaksanaan. Umumnya orang kerap menunda ketika menyadari bahwa masih banyak waktu yang dimiliki untuk nanti melanjutkan tugas atau pekerjaan.
Secara umum dampaknya adalah orang menjadi malas dan kurang disiplin. Selain itu, pekerjaan menumpuk dan bisa saja apa yang dikerjakan tidak maksimal dan hal itu dapat mendatangkan dampak buruk bagi kehidupan.
Dalam bacaan Injil Lukas 23: 33-43 bisa dilihat bagaimana dampak dari menunda atau menyia-nyiakan kesempatan untuk melakukan hal yang benar. Dikisahkan bahwa dalam peristiwa penyaliban Tuhan Yesus, ada dua orang penjahat yang disalibkan bersam-sama denganNya. Tuhan Yesus di tempatkan di tengah yang menandakan Ia adalah pelaku kejahatan terbesar diantara dua orang penjahat lainnya.
Foto oleh Tima Miroshnichenko dari Pexels |
Tindakan penyaliban diriNya disikapi Yesus dengan tetap memohon pengampunan atas ketidaktahuan para penganiaya atau penderaNya. Meski demikian, para pemimpin Yahudi (orang Farisi dan Ahli Taurat) dan para prajurit terus menghina dan mengolok-olokNya.
Selanjutnya dalam bacaan Injil ini juga, ditampilkan dua orang penjahat yang ditempatkan di sebelah kiri dan kanan Yesus. Kedua orang penjahat kelas kakap ini mempunyai sikap yang berbeda dalam melihat apa yang dialami oleh Yesus. Penjahat disebelah kiri cenderung untuk menghina Yesus.
Sedangkan, yang satunya menyadari bahwa hukuman yang didapatnya adalah atas dosa dan kesalahan yang ia lakukan. Bahkan dia mengaku bahwa Yesus dihukum bukan atas kesalahan yang diperbuatNya. Wujud nyata pengakuannya yaitu bisa dilihat pada ayat 42” Lalu ia berkata: Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.”
Dan respon Yesus ada pada ayat 43 “Kata Yesus kepadanya: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku didalam Firdaus. Jawaban Yesus menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah dan Ia memiliki otoritas atas jaminan keselamatan setiap orang percaya.
Berdasarkan bacaan Injil Luk 23: 33-43 di atas, ada beberapa catatan penting yang perlu menjadi bahan permenungan:
Yesus Melepaskan Pengampunan Di Dalam Penderitaan
Sikap Yesus yang tetap melepaskan pengampunan bagi orang-orang yang menyalibkanNya adalah tindakan kasih yang tertinggi karena Yesus tetap memikirkan keselamatan mereka. Yesus mengetahui bahwa apa yang Ia alami ini adalah jalan yang harus ditempuhNya. Orang yang menganiayaNya tidak tahu bahwa Anak Allahlah yang sedang mereka salibkan dan bahwa tidak ada kuasa yang biasa mengalahkan KemahakuasaanNya.
Walaupun tubuhNya disalibkan, namun pada saat itulah Yesus sedang dalam misi penyelamatan umat manusia. Ia dalam perjuangan menebus dosa-dosa manusia. Yang akhirnya dimenangkan olehNya dengan mengalahkan maut, yaitu Ia bangkit dari kematian dan kemudian naik ke Surga. Ia telah dengan sangat sempurna mendamaikan hubungan manusia dengan Allah.
Kenyaatan dalam kehidupan kadang memperlihatkan bahwa sering kali ketika ada penindasan, penghinaan, dan penderaan, orang cenderung tidak mengampuni siapa pun yang melakukannya. Bahkan ketika punya kesempatan, orang cenderung membalas tindakan itu atau bisa dibilang kejahatan dibalaskan dengan kejahatan.
Memang sulit berada di situasi ini, yakni antara harga diri atau gengsi pribadi atau meneladani sikap Yesus atas para penderaNya. Namun sekalipun sulit sebagai orang percaya, hendaknya mau melepaskan pengampunan dengan memohon Roh Kudus. Roh Kudus akan menguatkan setiap orang percaya dalam menghadapi segala kesulitan dan pergumulannya.
Jangan Menunda Percaya pada Tuhan
Penjahat disebelah kiri Tuhan Yesus, ikut mencemooh Tuhan Yesus dengan tujuan menarik perhatian para penyiksa mereka. Namun hal itu tidak berhasil, karena apa yang dilakukannya tetap mendatangkan kecelakaan bagi dirinya. Keinginan untuk memberikan kesan bahwa ia juga tidak menyukai Tuhan Yesus tidak membawa keselamatan bagi dirinya karena pada akhirnya ia tidak dilepaskan dari hukuman gantung di kayu salib.
Sikapnya menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak mengenal siapa Yesus Kristus. Ia menunda untuk mempercayai Yesus hanya karena mementingkan keselamatan dirinya. Ia memfitnah dan juga mencemooh hanya agar terlihat sama dengan orang-orang yang menghukumnya.
Terkadang sikap ini juga terjadi atas diri setiap orang yang percaya. Seringkali orang ikut mencemooh orang lain hanya demi keselamatan diri sendiri. Padahal sikap seperti ini, secara iman membuatnya menjadi semakin jauh dari Tuhan. Karena itu sikap atau tindakan nyata sebagai orang percaya adalah hendaknya tidak menunda untuk percaya dan selalu menghayati karakter pribadi Yesus Kristus.
Tidak Ada Kata Terlambat
Kesempatan untuk bertobat sesaat sebelum mati adalah kesempatan yang tidak diperoleh semua orang. Untuk itu kesempatan bertobat dari penjahat yang berada di sebelah kanan Yesus adalah kesempatan yang sangat langka dan istimewa. Kesempatan ini dipakainya untuk bertobat yakni dengan mengakui bahwa Yesus tidak berdosa dan tidak pantas untuk mengalami penderitaan dan hukuman itu.
Sikap penjahat ini memang tidak menyelamatkannya dari hukuman gantung di kayu salib tetapi keselamatan yang ia terima adalah kehidupan yang kekal bersama Yesus. Ia bertobat di saat-saat terakhir dalam hidupnya. Dan keputusannya tidaklah keliru malah justru menyelamatkannya. Kehidupan yang dikaruniakan oleh Tuhan, kiranya dipakai untuk selalu bertobat dan menyadari Kuasa-Nya atas hidup.
Bertobat merupakan wujud dari iman kita kepada Yesus sebab orang yang bertobat pasti akan diselamatkan. Karena itu, sebagai orang percaya marilah berani untuk mengakui kesalahan. Bertobatlah dan jangan menunda-nunda supaya perkataan Yesus sesungguhnya hari ini engkau akan ada bersama-sama dengan Aku dalam Firdaus menjadi bagian kita. Amin
Herneta Maria Maghu, S. Pd
Staf Pengajar di SMA PGRI Waingapu, Sumba Timur, NTT
0 Response to "Bertobat Sebelum Terlambat (Luk 23: 33-43)"
Posting Komentar